Saya bukan peminat fashion, tapi pemuja Youtube. Sekian lama nongkrong di Youtube, akhirnya ketemu juga sama video yang membahas tentang pertumbuhan fashion. Videonya keren banget guys. Itu yang buat saya tertarik untuk menulis tentang sejarah dan pertumbuhan fashion time to time mulai tahun 1920 sampai 2010.
Pertumbuhan Fashion baju wanita yang saya tulis bukan tentang Fashion gaya perancang busana terkenal semisal Ralph Lauren, Armani, Domenico Dolce & Stefano Gabbana, atau Donatella Versace, tapi lebih pada fashion urban atau umum yang sering digunakan masyarakat dunia pada masanya. Pertumbuhan fashion setelah disimak dipengaruhi oleh kondisi sosial yang terjadi pada saat-saat tersebut, vice versa.
Dan tentu saja, pertumbuhan fashion yang akan saya sorot ini berkiblat pada fashion perempuan yang selalu berubah ubah dan dinamis. Karena pertumbuhan fashion laki-laki memiliki estetika seperindukan dan jarang berubah selama puluhan dekade.
Amerika memainkan peran penting pada gaya berbusana tahun 1920. Di masa setelah Perang Dunia I, Amerika sebagai salah satu pusat mode dunia memasuki era makmur yang mempengaruhi gaya fashion mereka. Music Jazz dan tarian glamor muncul pada tahun tersebut. Perempuan mendapat suara pada tahun 1920 dan memasuki angkatan kerja dalam jumlah besar. Tahun-tahun 1920an juga ditandai dengan maraknya bisnis ilegal, salah satu cartel yang terkenal di dunia saat itu adalah Al Copone. Fashion baju wanita gaya Melindrosa (Flapper) yang berarti New Breed muncul.
Style penggunaan make-up yang berlebihan, berdandan glamor, minum alcohol, mengendarai mobil, dan merokok menjadi hal yang mendampingi gaya berbusana glamor seperti ini. Bukan hanya itu, gaya berbusana tahun 1920 juga menunjukkan adanya milenia baru setelah sebelumnya gaya berbusana lebih condong pada zaman Victoria.
Ekonomi Amerika Serikat yang sedang mengalami depresi. Dikarenakan hal-hal sosial dan politik yang sedang dalam masalah seperti diatas, Gaya berbusana pun mangalami perubahan menjadi lebih casual, dan tidak glamor layaknya pada masa 1920 atau pada dekade sebelumnya. Baju yang lebih longgar dari bahan kain tebal dan tertutup menjadi pilihan.
Adanya WW II atau Perang Dunia ke-2 menyebabkan terpengaruhnya gaya busana dunia. Pabrik-pabrik baju digunakan untuk sarana pembuatan senjata. Bahan pembuatan kain wool digunakan untuk mendanai perang, sehingga munculah produk-produk sintetis seperti stocking dan pakaian dalam yang terbuat dari nilon. Nuansa baju juga dibuat bewarna hitam dan nuansa Navy dengan warna coklat dan hijau kehitaman. Pakaian yang digunakan kebanyakan merupakan pakaian yang fleksible digunakan dan mayoritas mengkombinasikan dengan pakaian di era 1930-an. hal ini dikarenakan kebanyakan pabrik pembuat tekstil digunakan untuk pembuatan perlengkapan perang.
Selain itu, yang menjadi trend fashion baju wanita pada tahun 1940 adalah ikat kepala penutup rambut untuk kalangan perekerja wanita. Pada masa ini juga ditandai dengan banyaknya buruh wanita yang digunakan sebagai tenaga kerja, sehingga wanita mulai menggunakan pakaian yang sering digunakan pria, semacam pakaian kerja atau perpaduan mantel bengkel dengan bawahan wanita. Menilik perkembangan siluet gaun pesta kaum aristokrat di abad ke-18 Inspirasi desainer dalam menciptakan koleksi setiap musimnya, tidak lepas dari kontribusi sejarah terdahulu. Berikut kami merangkum perjalanan era mode terbaik dari periode pertengahan abad ke-18 hingga awal abad 19.
Merupakan awal mula istilah Haute-Couture yang diperkenalkan oleh Charles Frederick Worth. Pria kebangsaan Inggris ini hijrah ke Paris untuk bekerja sebagai seorang salesman di toko yang menjual kain dan shawl.
Kemudian ia memiliki ide membuat busana dan mengenakannya pada seorang model sebagai display mannequin untuk diperlihatkan kepada klien. Pada tahun 1858, ia membuka fashion house pertama untuk merancang busana klien aristokrat seperti Empress Eugene, Queen Victoria, dan kaum borjuis lainnya.
Disebut juga sebagai era Crinoline.
Crinoline yang diambil dari bahasa Prancis, merupakan istilah untuk kerangka bagian dalam rok yang terbuat dari loop metal dan buntut kuda yang dijahitkan ke petticoat. Struktur yang ringan dan lebar memberikan ruang gerak bagi wanita pemakainya. Penemuan mesin jahit oleh Issac Singer pada tahun 1851 Penemuan bahan pewarna organik dari daun teh, bunga, dan rumput laut Pertama kali digelar ekshibisi seni di Crystal Palace, London tahun 1851. Tahun 1867 merupakan tahun lahirnya publikasi mode pertama yaitu Harper’s Bazaar sebagai surat kabar mingguan yang membahas mode untuk wanita kelas menengah hingga atas.
Merupakan era reformasi busana yang ditandai dengan perubahan siluet busana dari periode sebelumnya. Kini crinoline tidak lagi berbentuk satu lingkaran penuh. Crinoline dengan ukuran yang lebih kecil digunakan sebagai penyangga atau padding di bagian belakang gaun, sehingga muncul istilah baru yaitu bustle. Siluet yang lebih ramping kini menjadikan panjang gaun menjadi lebih bervariasi. Korset guna menyangga tulang pinggang. Lahirnya kostum untuk berpelesir. Kini, siluet dan material busana menjadi lebih beragam. Dan untuk menyokong keseluruhan tampilan, desainer mulai merancang aksesori ringan seperti topi, kipas, sepatu boots, dan tas. Disebut juga sebagai era discovery.
Salah satu penemuan mutakhir yang masih relevan hingga saat ini yaitu fotografi film. Bersamaan dengan ditemukannya teknologi lain seperti telefon, listrik, kereta elektrik atau tram, gelombang radio, dan kendaraan bermotor. Pergerakan seni impressionist yang dimulai dengan ekshibisi karya seni dari Monet, Renoir, dan Degas. Kritikan terhadap mode menjadi lebih tajam. Pada periode ini, jurnalis tidak hanya melaporkan berita namun mulai menuangkan opini terhadap karya maupun style. Melalui surat kabar, seni teater berkontribusi terhadap mode. Terutama busana yang dikenakan oleh aktris teater. Hingga couturier menamakan busana rancangan mereka sesuai dengan nama aktris yang mengenakannya, untuk tujuan marketing.
Pertumbuhan style untuk busana pria. Sehingga mendorong lahirnya busana sporty. Produksi busana siap pakai dalam kuantiti besar atau mass production mulai merambah di akhir periode Victorian. Mulanya, mereka menciptakan busana sehari-hari untuk pria. Kemudian berkembang menjadi produksi untuk pria dan wanita, terutama untuk kalangan menengah ke bawah. Sehingga pada masa ini, akhirnya tercipta dua arahan mode yang berbeda. Haute-couture diperuntukan bagi kaum kapitalis dan siap pakai untuk rakyat biasa.Periode Late Victorian dan Edwardian (1890-1909)
Akhir era Victorian, petticoat tidak lagi disokong dengan kerangka bustle.
Dilengkapi aksesori topi besar.
Siluet A-line panjang dengan pinggang ramping, aksen lengan bervolume dan kerah tinggi menjadi highlight sebagian besar busana wanita.
Seni teater berkembang menjadi potongan film bergerak dengan menggunakan kamera dan proyektor, atau kini kita kenal sebagai bioskop.
Lahirnya pergerakan seni baru yaitu expressionism dan seni dekoratif Art Nouveau.
Memasuki era Edwardian di Inggris bersamaan dengan dimulainya era La Belle Epoque di Perancis. Desain busana wanita identik dengan siluet “S”, yaitu penekanan pada garis pinggang ramping, dada busung, dan panggul menukik ke belakang. Pada siang hari, busana tertutup dari bagian leher hingga ujung kaki, kemudian di malam hari, potongan busana semakin rendah dengan mengekspos bagian dada dan bahu, atau disebut istilah decollete. Wanita mulai mengaplikasikan makeup tebal lengkap dengan eyeliner, mascara, dan parfum. Sportswear menjadi elemen yang penting bagi kaum pria, dan mulai diadaptasi oleh wanita. Sehingga mendorong terciptanya knickerbockers atau rok celana, untuk memudahkan dalam mengendarai sepeda roda dua.
Titik Awal Perkembangan Fashion Indonesia
Perkembangan Trend Fashion di Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya Eropa dan Asia terutama Busana Korea belakangan ini. Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik dalam sejarah. Sejak munculnya Non Kawilarang dan Peter Sie , pada tahun 1960, dunia mode Indonesia telah menunjukkan potensi dan bakat yang luar biasa. Dalam perkembangan awalnya fashion baju wanita Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan maupun desain. Secara usia, orang tua di Indonesia umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil dengan mode gaya barat atau gaya busana korea. Sejak saat itu busana tradisional secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini.
Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry Dharsono, Prajudi, Poppy Dharsono dan Ramli yang telah memberikan signal dalam Dunia Fashion Indonesia kepada dunia internasional melalui penciptaan mereka dan parade fashion di dalam maupun di luar negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar. Upaya dan kerja keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah wanita "Femina", majalah wanita baru yang dimulai penerbitan pada tahun 1972, yang banyak memberikan perhatian serius terhadap dunia mode dengan menghadirkan berita trend fashion dunia, sehingga memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion nasional di era ini.
Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah tersebut dan memprakarsai Lomba Fashion Desainer pertama Tahunan pada tahun 1979. Acara ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda berbakat seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy, menambah daftar desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz. Nama mereka telah menjadikan titik sejarah untuk pengembangan industri fashion Indonesia.
Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan design-nya disupport oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Perdagangan misalnya, mereka terlibat dalam pameran internasional, pameran perdagangan, serta misi budaya, terutama di negara mode terkemuka seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Australia. Busana Indonesia Modern Pada tahun 1990-an ketika isu-isu globalisasi dan perkembangan teknologi media modern seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses berita mengenai perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu para desainer dalam menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi gaya barat yang glamor.
Misalnya Sebastian Gunawan, yang memperkenalkan gaun pesta dengan manik-manik dan kristal cantik, menjadi terkenal dan membawa inspirasi positif untuk desainer lain seperti Biyan, Arantxa Adi, Adjie Notonegoro dan Eddy Betty. Sampai sekarang, manik-manik dan kristal sebagai aksesoris fashion masih digemari di Indonesia. Pada tahun 2000-an nama-nama baru lebih memperkaya daftar panjang desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya independen seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan. Sementara yang lain membuat desain gaya barat, Edward Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan kreasi mereka dengan mendesign kostum tradisional "Blus Kebaya" dengan sentuhan modern. Sehingga membuat busana tradisional Indonesia terlahir kembali dan dicintai oleh kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisional.
Demikian Rangkuman Sejarah Perkembangan Dunia Fashion di Indonesia dengan nama-nama Fashion Desainer yang terlibat didalamnya. Semoga dapat menjadikan inspirasi bagi perkembangan dunia fashion yang lebih maju. Histoire De La Mode Tren Fashion dari masa ke masa.. Fashion selalu berkembang sesuai zaman. Dunia fashion tidak mudah untuk diprediksi. Tiap generasi, tiap dekade, tiap tahun dan bahkan tiap musim memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda. Tak terbayang begitu melelahkannya mereka yang begitu obsesif mengikuti perkembangan mode. Maksudnya setiap ada pergantian mode selalu diikuti. Tidak jarang banyak orang yang menjadi korban mode. Yang paling menyedihkan lagi jika hidupnya tidak mementingkan hal- hal lain selain fashion karena prinsipnya “life is all about fashion”.
Sebenarnya jika dicermati, tren mode hanya berputar. Jika melihat dari model dasarnya, desain baju sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, hanya bumbunya saja yang bergeser, itu jika dilihat dari buku- buku mode. Tren mode hanya berputar, misalnya mode di tahun X akan kembali booming di tahun A. "History of The Flapper Dress" Tahun itu merupakan tahun “kebangkitan” dan emansipasi wanita dalam dunia fashion yang kini mewarnai dan mempercantik penampilan kita. Salah satu model pakaian yang paling menonjol dalam tahun kebangkitan itu adalah flapper dress. Beragam arti pun tersimpan dalam pengertian flapper.
a. Pertama, flapper diartikan seekor anak burung yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus dan sedang belajar mengepakan sayap untuk terbang.
b. Flapper juga dimaknai sebagai seorang wanita dalam masa tanggung (belum dewasa, namun sudah bukan anak-anak lagi).
c. Makna lainnya, flapper juga digambarkan sebagai seorang wanita muda yang berkesan mandiri, bebas, sensual, berani dengan tantangan, dan ceria.
Selain itu, istilah flapper dalam versi lain muncul karena gaya berbusana yang minim, dengan sepatu boots yang dilonggarkan sehingga berbunyi ‘flap-flap’ saat dipakai ketika berjalan. Flapper sendiri kemudian dijadikan sebuah sebutan untuk sebuah dress yang populer hingga saat ini. Inilah flapper dress : Panjang Rok Di tahun 20an Panjang rok wanita sudah mulai naik hingga sebetis (sudah gak selalu panjang hingga menyentuh lantai). Modifikasi panjang rok ini pun terus berubah-ubah hingga di sekitar tahun 1926-1928 panjang rok setinggi lutut pun muncul dan menjadi rok terpendek dalam sejarah.
Karena itulah, pada umumnya panjang dari flapper dress adalah selutut hingga sebetis. Garis Pinggang Garis pinggang pakaian di tahun 1920-an masih berpotongan di pinggang. Namun seiring berjalannya waktu, di tahun 1924, potongan pinggang pada pakaian pun turun hingga sebatas pinggul. Dan begitulah flapper dress ini dikenal. Dress dengan potongan pinggang di batas pinggul ini memberikan kesan sexy dan menutupi pinggul yang terlihat besar. Di masa inilah awal mula dikenalnya pakaian dengan model sederhana yang praktis. Karena itulah, kebanyakan flapper dress memiliki model pakaian yang simple.
Cukup dengan berbagai pilihan warna yang eyecatching, penampilan tetap akan terlihat menarik dan mempesona. Bahkan hingga kini, dengan dunia fashion yang terus berkembang dan bervariasi, flapper dress, atau gaun yang jatuh melambai dari pinggang ini gak pernah berhenti di zaman tahun 1920. Namun semakin terlihat dengan beragam variasi model di berbagai pagelaran busana ternama seperti Gucci, Alberta Ferretti dan Etro, serta Ralph Lauren. Saat ini Flapper Dress kembali in, terbukti dari fashion beberapa artis yang tertangkap kamera menggunakan Flapper dress.
TAHUN 1920 (MELINDROSA)
Amerika memainkan peran penting pada gaya berbusana tahun 1920. Di masa setelah Perang Dunia I, Amerika sebagai salah satu pusat mode dunia memasuki era makmur yang mempengaruhi gaya fashion mereka. Music Jazz dan tarian glamor muncul pada tahun tersebut. Perempuan mendapat suara pada tahun 1920 dan memasuki angkatan kerja dalam jumlah besar. Tahun-tahun 1920an juga ditandai dengan maraknya bisnis ilegal, salah satu cartel yang terkenal di dunia saat itu adalah Al Copone. Fashion baju wanita gaya Melindrosa (Flapper) yang berarti New Breed muncul.
Style penggunaan make-up yang berlebihan, berdandan glamor, minum alcohol, mengendarai mobil, dan merokok menjadi hal yang mendampingi gaya berbusana glamor seperti ini. Bukan hanya itu, gaya berbusana tahun 1920 juga menunjukkan adanya milenia baru setelah sebelumnya gaya berbusana lebih condong pada zaman Victoria.
TAHUN 1930 (CALCA COMPRIDA)
Ekonomi Amerika Serikat yang sedang mengalami depresi. Dikarenakan hal-hal sosial dan politik yang sedang dalam masalah seperti diatas, Gaya berbusana pun mangalami perubahan menjadi lebih casual, dan tidak glamor layaknya pada masa 1920 atau pada dekade sebelumnya. Baju yang lebih longgar dari bahan kain tebal dan tertutup menjadi pilihan.
TAHUN 1940 (WAR AND WORKING CLASS)
Adanya WW II atau Perang Dunia ke-2 menyebabkan terpengaruhnya gaya busana dunia. Pabrik-pabrik baju digunakan untuk sarana pembuatan senjata. Bahan pembuatan kain wool digunakan untuk mendanai perang, sehingga munculah produk-produk sintetis seperti stocking dan pakaian dalam yang terbuat dari nilon. Nuansa baju juga dibuat bewarna hitam dan nuansa Navy dengan warna coklat dan hijau kehitaman. Pakaian yang digunakan kebanyakan merupakan pakaian yang fleksible digunakan dan mayoritas mengkombinasikan dengan pakaian di era 1930-an. hal ini dikarenakan kebanyakan pabrik pembuat tekstil digunakan untuk pembuatan perlengkapan perang.
Selain itu, yang menjadi trend fashion baju wanita pada tahun 1940 adalah ikat kepala penutup rambut untuk kalangan perekerja wanita. Pada masa ini juga ditandai dengan banyaknya buruh wanita yang digunakan sebagai tenaga kerja, sehingga wanita mulai menggunakan pakaian yang sering digunakan pria, semacam pakaian kerja atau perpaduan mantel bengkel dengan bawahan wanita. Menilik perkembangan siluet gaun pesta kaum aristokrat di abad ke-18 Inspirasi desainer dalam menciptakan koleksi setiap musimnya, tidak lepas dari kontribusi sejarah terdahulu. Berikut kami merangkum perjalanan era mode terbaik dari periode pertengahan abad ke-18 hingga awal abad 19.
Periode Victorian I (1850 – 1870)
Crinoline yang diambil dari bahasa Prancis, merupakan istilah untuk kerangka bagian dalam rok yang terbuat dari loop metal dan buntut kuda yang dijahitkan ke petticoat. Struktur yang ringan dan lebar memberikan ruang gerak bagi wanita pemakainya. Penemuan mesin jahit oleh Issac Singer pada tahun 1851 Penemuan bahan pewarna organik dari daun teh, bunga, dan rumput laut Pertama kali digelar ekshibisi seni di Crystal Palace, London tahun 1851. Tahun 1867 merupakan tahun lahirnya publikasi mode pertama yaitu Harper’s Bazaar sebagai surat kabar mingguan yang membahas mode untuk wanita kelas menengah hingga atas.
Periode Victorian II (1870-1890)
Merupakan era reformasi busana yang ditandai dengan perubahan siluet busana dari periode sebelumnya. Kini crinoline tidak lagi berbentuk satu lingkaran penuh. Crinoline dengan ukuran yang lebih kecil digunakan sebagai penyangga atau padding di bagian belakang gaun, sehingga muncul istilah baru yaitu bustle. Siluet yang lebih ramping kini menjadikan panjang gaun menjadi lebih bervariasi. Korset guna menyangga tulang pinggang. Lahirnya kostum untuk berpelesir. Kini, siluet dan material busana menjadi lebih beragam. Dan untuk menyokong keseluruhan tampilan, desainer mulai merancang aksesori ringan seperti topi, kipas, sepatu boots, dan tas. Disebut juga sebagai era discovery.
Salah satu penemuan mutakhir yang masih relevan hingga saat ini yaitu fotografi film. Bersamaan dengan ditemukannya teknologi lain seperti telefon, listrik, kereta elektrik atau tram, gelombang radio, dan kendaraan bermotor. Pergerakan seni impressionist yang dimulai dengan ekshibisi karya seni dari Monet, Renoir, dan Degas. Kritikan terhadap mode menjadi lebih tajam. Pada periode ini, jurnalis tidak hanya melaporkan berita namun mulai menuangkan opini terhadap karya maupun style. Melalui surat kabar, seni teater berkontribusi terhadap mode. Terutama busana yang dikenakan oleh aktris teater. Hingga couturier menamakan busana rancangan mereka sesuai dengan nama aktris yang mengenakannya, untuk tujuan marketing.
Pertumbuhan style untuk busana pria. Sehingga mendorong lahirnya busana sporty. Produksi busana siap pakai dalam kuantiti besar atau mass production mulai merambah di akhir periode Victorian. Mulanya, mereka menciptakan busana sehari-hari untuk pria. Kemudian berkembang menjadi produksi untuk pria dan wanita, terutama untuk kalangan menengah ke bawah. Sehingga pada masa ini, akhirnya tercipta dua arahan mode yang berbeda. Haute-couture diperuntukan bagi kaum kapitalis dan siap pakai untuk rakyat biasa.
Memasuki era Edwardian di Inggris bersamaan dengan dimulainya era La Belle Epoque di Perancis. Desain busana wanita identik dengan siluet “S”, yaitu penekanan pada garis pinggang ramping, dada busung, dan panggul menukik ke belakang. Pada siang hari, busana tertutup dari bagian leher hingga ujung kaki, kemudian di malam hari, potongan busana semakin rendah dengan mengekspos bagian dada dan bahu, atau disebut istilah decollete. Wanita mulai mengaplikasikan makeup tebal lengkap dengan eyeliner, mascara, dan parfum. Sportswear menjadi elemen yang penting bagi kaum pria, dan mulai diadaptasi oleh wanita. Sehingga mendorong terciptanya knickerbockers atau rok celana, untuk memudahkan dalam mengendarai sepeda roda dua.
Perkembangan Trend Fashion di Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya Eropa dan Asia terutama Busana Korea belakangan ini. Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik dalam sejarah. Sejak munculnya Non Kawilarang dan Peter Sie , pada tahun 1960, dunia mode Indonesia telah menunjukkan potensi dan bakat yang luar biasa. Dalam perkembangan awalnya fashion baju wanita Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan maupun desain. Secara usia, orang tua di Indonesia umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil dengan mode gaya barat atau gaya busana korea. Sejak saat itu busana tradisional secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini.
Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry Dharsono, Prajudi, Poppy Dharsono dan Ramli yang telah memberikan signal dalam Dunia Fashion Indonesia kepada dunia internasional melalui penciptaan mereka dan parade fashion di dalam maupun di luar negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar. Upaya dan kerja keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah wanita "Femina", majalah wanita baru yang dimulai penerbitan pada tahun 1972, yang banyak memberikan perhatian serius terhadap dunia mode dengan menghadirkan berita trend fashion dunia, sehingga memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion nasional di era ini.
Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah tersebut dan memprakarsai Lomba Fashion Desainer pertama Tahunan pada tahun 1979. Acara ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda berbakat seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy, menambah daftar desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz. Nama mereka telah menjadikan titik sejarah untuk pengembangan industri fashion Indonesia.
Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan design-nya disupport oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Perdagangan misalnya, mereka terlibat dalam pameran internasional, pameran perdagangan, serta misi budaya, terutama di negara mode terkemuka seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Australia. Busana Indonesia Modern Pada tahun 1990-an ketika isu-isu globalisasi dan perkembangan teknologi media modern seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses berita mengenai perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu para desainer dalam menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi gaya barat yang glamor.
Misalnya Sebastian Gunawan, yang memperkenalkan gaun pesta dengan manik-manik dan kristal cantik, menjadi terkenal dan membawa inspirasi positif untuk desainer lain seperti Biyan, Arantxa Adi, Adjie Notonegoro dan Eddy Betty. Sampai sekarang, manik-manik dan kristal sebagai aksesoris fashion masih digemari di Indonesia. Pada tahun 2000-an nama-nama baru lebih memperkaya daftar panjang desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya independen seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan. Sementara yang lain membuat desain gaya barat, Edward Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan kreasi mereka dengan mendesign kostum tradisional "Blus Kebaya" dengan sentuhan modern. Sehingga membuat busana tradisional Indonesia terlahir kembali dan dicintai oleh kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisional.
Demikian Rangkuman Sejarah Perkembangan Dunia Fashion di Indonesia dengan nama-nama Fashion Desainer yang terlibat didalamnya. Semoga dapat menjadikan inspirasi bagi perkembangan dunia fashion yang lebih maju. Histoire De La Mode Tren Fashion dari masa ke masa.. Fashion selalu berkembang sesuai zaman. Dunia fashion tidak mudah untuk diprediksi. Tiap generasi, tiap dekade, tiap tahun dan bahkan tiap musim memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda. Tak terbayang begitu melelahkannya mereka yang begitu obsesif mengikuti perkembangan mode. Maksudnya setiap ada pergantian mode selalu diikuti. Tidak jarang banyak orang yang menjadi korban mode. Yang paling menyedihkan lagi jika hidupnya tidak mementingkan hal- hal lain selain fashion karena prinsipnya “life is all about fashion”.
Sebenarnya jika dicermati, tren mode hanya berputar. Jika melihat dari model dasarnya, desain baju sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, hanya bumbunya saja yang bergeser, itu jika dilihat dari buku- buku mode. Tren mode hanya berputar, misalnya mode di tahun X akan kembali booming di tahun A. "History of The Flapper Dress" Tahun itu merupakan tahun “kebangkitan” dan emansipasi wanita dalam dunia fashion yang kini mewarnai dan mempercantik penampilan kita. Salah satu model pakaian yang paling menonjol dalam tahun kebangkitan itu adalah flapper dress. Beragam arti pun tersimpan dalam pengertian flapper.
a. Pertama, flapper diartikan seekor anak burung yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus dan sedang belajar mengepakan sayap untuk terbang.
b. Flapper juga dimaknai sebagai seorang wanita dalam masa tanggung (belum dewasa, namun sudah bukan anak-anak lagi).
c. Makna lainnya, flapper juga digambarkan sebagai seorang wanita muda yang berkesan mandiri, bebas, sensual, berani dengan tantangan, dan ceria.
Selain itu, istilah flapper dalam versi lain muncul karena gaya berbusana yang minim, dengan sepatu boots yang dilonggarkan sehingga berbunyi ‘flap-flap’ saat dipakai ketika berjalan. Flapper sendiri kemudian dijadikan sebuah sebutan untuk sebuah dress yang populer hingga saat ini. Inilah flapper dress : Panjang Rok Di tahun 20an Panjang rok wanita sudah mulai naik hingga sebetis (sudah gak selalu panjang hingga menyentuh lantai). Modifikasi panjang rok ini pun terus berubah-ubah hingga di sekitar tahun 1926-1928 panjang rok setinggi lutut pun muncul dan menjadi rok terpendek dalam sejarah.
Karena itulah, pada umumnya panjang dari flapper dress adalah selutut hingga sebetis. Garis Pinggang Garis pinggang pakaian di tahun 1920-an masih berpotongan di pinggang. Namun seiring berjalannya waktu, di tahun 1924, potongan pinggang pada pakaian pun turun hingga sebatas pinggul. Dan begitulah flapper dress ini dikenal. Dress dengan potongan pinggang di batas pinggul ini memberikan kesan sexy dan menutupi pinggul yang terlihat besar. Di masa inilah awal mula dikenalnya pakaian dengan model sederhana yang praktis. Karena itulah, kebanyakan flapper dress memiliki model pakaian yang simple.
Cukup dengan berbagai pilihan warna yang eyecatching, penampilan tetap akan terlihat menarik dan mempesona. Bahkan hingga kini, dengan dunia fashion yang terus berkembang dan bervariasi, flapper dress, atau gaun yang jatuh melambai dari pinggang ini gak pernah berhenti di zaman tahun 1920. Namun semakin terlihat dengan beragam variasi model di berbagai pagelaran busana ternama seperti Gucci, Alberta Ferretti dan Etro, serta Ralph Lauren. Saat ini Flapper Dress kembali in, terbukti dari fashion beberapa artis yang tertangkap kamera menggunakan Flapper dress.
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
BalasHapusdapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q